Rabu, 18 Juli 2012

Salaf lagi, salafy Indo

Melihat komentar" orang salafy pun kok semuanya sama isinya Hujatan, fitnah, dengki, Tapi tidak apa" memang masa depan islam akan seperti ini .

Masalah ini termasuk dari tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, yaitu tatkala beliau mengabarkan kejadian yang akan menimpa umat ini berupa perpecahan dan peperangan di antara sesama mereka. Dalam dua hadits di atas nampak jelas bahwa Allah Ta’ala telah menetapkan takdir bagi akhir umat ini. Allah Ta’ala menetapkan bahwa Islam dan para pemeluknya tidak akan binasa dengan kekeringan dan kelaparan sehingga mereka tidak perlu terlalu khawatir dengan kemiskinan karena itu tidak akan membinasakan mereka. Allah juga menetapkan bahwa Islam dan para pemeluknya tidak akan hilang dari muka bumi akibat banjir bandang, karenanya mereka tidak perlu terlalu khawatir akan kehilangan eksistensi di dunia gara-gara bencana alam. Allah Ta’ala juga telah menetapkan bahwa Islam dan kaum muslimin tidak akan pernah dikuasai dan dikalahkan oleh musuh-musuh mereka, walaupun musuh telah mengepung mereka dari berbagai sisi, yang karenanya mereka jangan terlalu memfokuskan perhatian pada musuh-musuh dari luar Islam.




Akan tetapi Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa Islam dan kaum muslimin akan hancur akibat perbuatan kaum muslimin itu sendiri. Mereka sendiri yang menyebarkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sehingga mereka sendiri yang akan saling berperang dan membinasakan. Mereka ini adalah orang-orang kafir yang berpakaian Islam dari kalangan orang-orang munafik dan zindik ataukah mereka adalah orang-orang jahil dalam agama yang diperalat oleh orang-orang yang berpenyakit hatinya yang senang jika kaum muslimin berpecah.

Karenanya hendaknya kaum muslimin sadar bahwa musuh yang terbesar bagi mereka adalah musuh dari dalam dan bukan musuh dari luar. Musuh terbesar mereka bukanlah orang kafir dan musyrik yang sudah jelas kekafiran dan kesyirikan mereka. Akan tetapi musuh terbesar mereka adalah orang-orang yang hatinya berpenyakit, yang mencoba menyebar racun-racun kekafiran di tengah-tengah kaum muslimin dari dalam, melalui bid’ah-bid’ah dan pemikiran-pemikiran yang kacau dan bertentangan dengan wahyu yang Allah Ta’ala turunkan.

Hanya saja, walaupun perpecahan kaum muslimin adalah hal yang pasti terjadi, akan tetapi hal ini tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran untuk membenarkan perpecahan dan tidak menjadikan seorang muslim untuk berputus asa dari mengusahakan persatuan. Karena perpecahan ini adalah masalah takdir sementara persatuan ini adalah perintah syariat. Dan sungguh Allah Ta’ala telah membebani kita untuk menjalankan syariat dan tidak membebani kita untuk merubah takdir. Dan wajib diketahui bahwa terkadang Allah Ta’ala menetapkan suatu takdir yang bertentangan dengan perintah yang Dia sendiri perintahkan karena adanya hikmah yang besar di baliknya, tahulah yang tahu, bodohlah yang bodoh.

Dan di antara hikmah terbesar dari terjadinya perpecahan dalam umat ini adalah sebagai fitnah dan ujian bagi manusia. Siapa di antara mereka yang beriman dengan ikhlas dan siapa yang beriman karena ikut-ikutan, siapa di antara mereka yang beriman karena mengetahui nikmatnya keimanan dan siapa di antara mereka yang hanya beriman saat keadaan memungkinkan. Siapa di antara mereka yang hati dan fisiknya bersih dan siapa di antara mereka yang menyimpan penyakit kedengkian dan permusuhan di dalam hati mereka walaupun mereka menampakkan kebaikan secara lahiriah, karena kejelekan dalam hati tinggal menunggu waktu untuk dia keluar.

Berikut Ini Penyebab Salafi saling Berpecah belah (semoga kita tidak mencohtohnya dan terhindar dari musibah seperti ini)

1. Karakter salafi berupa “Merasa dirinya paling benar” (karakter 1)
dan kebiasaan “mencela golongan/ulama lain” (karakter 2) yang
berseberangan pendapat dengan mereka bukanlah issue semata, tetapi... See More
dapat dibuktikan melalui fakta yang terjadi diinternal salafi sendiri.

2. Karakter salafi yang merasa paling benar sendiri, menimbulkan
perpecahan internal salafi. Ini merupakan hal yang wajar, golongan
manapun jika mendahulukan egoisme dan hawa nafsu belaka maka akan
berpecah belah. Sedangkan golongan-golongan Islam lain, tidak mengalami
perpecahan internal separah yang dialami salafi, bahkan secara internal
mereka solid. Kita bisa merujuk kepada NU, Muhammadiyah, Ikhwanul
Muslimin/Tarbiyah/PKS, Hizbut Tahrir, Persis, Al-Irsyad, Jamaah
Tabligh, dan lain-lain, mereka lebih tahan terhadap perpecahan internal
karena karakter mereka memang beda dengan salafi (karakter 1 dan 2)

3. Perpecahan salafi menjadi beberapa kelompok antara lain: kelompok
Al-Sofwah & Al-Haramain Jakarta; Imam Bukhari Solo, Al-Furqan Gresik,
Islamic Center Bin Baaz & Jamilurahman As-Salafy Jogya; FKAWJ & Lasykar
Jihad Jakarta; Dhiyaus Sunnah Cirebon. Ini belum termasuk kelompok
salafi yang telah ditahdzir dan kemudian taubat, tetapi tidak bergabung
dengan salafi “asli” dan membentuk kelompok-kelompok sendiri.

4. Orang awam yang baru mengenal salafi menjadi kebingungan, bagaimana
mungkin satu golongan yang meyakini selamat dan masuk syurga, tetapi
secara internal mereka sendiri berpecah belah. Lantas mana golongan
salafi yang asli, yang selamat dan masuk syurga itu?. Kembali kepada
kaidah yang diyakini salafi: “Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan
jumlahnya banyak sekali”, maka berarti salah satu salafi saja yang asli
dan yang lain sesat dan bid’ah, atau bisa jadi semuanya salafi palsu!

5. Dengan memahami karakter asli salafi, kita bisa berlapang dada jika
dicela sesat dan bid’ah oleh salafi, karena jangankan anda, sesama
salafi sendiri saja saling mencela sebagai sesat dan bid’ah. Lantas
apakah perlu dilayani jika anda dicela sesat dan bid’ah? Tidak perlu,
karena tidak ada gunanya berdiskusi dengan orang yang merasa paling
benar dan golongan lain selalu salah. Diskusi yang sehat adalah untuk
“mencari kebenaran bukan kemenangan”, mencari hujjah yang paling kuat
(quwwatut dalil). Jika meyakini hujjah lawan diskusi lebih kuat maka
dengan lapang hati menerimanya, tetapi jika tidak ada titik temu dalam
diskusi maka masing-masing harus menghargai perbedaan ijtihadnya. Jadi,
sebaiknya dalam menghadapi salafi adalah dengan tidak menghadapinya.

Padahal mereka membaca ayat……….:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash-Shaff 2-3)

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi
beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada golongan mereka.” (Ar-Ruum : 31-32)

Salafi meyakini bahwa hanya ada satu golongan yang selamat dan masuk
syurga, yakni salafi, dari sekian banyak golongan yang ada saat ini (73
golongan). Salafi menggunakan landasan hadits Nabi saw,

“Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya
masuk neraka kecuali satu golongan.” Ditanyakan kepada beliau:
“Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?” Beliau menjawab: “Orang-orang
yang mengikutiku dan para sahabatku.” [HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu
Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim].

Kemudian diperkuat lagi dengan kaidah yang mereka gunakan bahwa
“Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali”,
kebenaran yang satu ada pada salafi! Keyakinan ini berdasarkan hadits
Nabi Saw,

Rasulullah saw bersabda: “Inilah jalan Allah yang lurus” Lalu beliau
membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau
bersabda: “Inilah jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai,
atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang mengajak kearahnya”.
Kemudian beliau membaca ayat,

Dan (katakanlah): “Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah
dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (Qs.
al-An’aam [6]: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar