Kamis, 07 April 2011

Oknum Pesilat PSHT dan premanisme

Kalau ngga tawuran antar perguruan yaaa tawuran antar pesilatnya sendiri, berkali-kali para jagon dari perguruan PSHT ini bikin ulah dan menjadi sorotan media bahkan pesilat lain di Nusantara.

Oknum pesila tsb apakah ngga sadar bahwa yang di coreng itu tidak hanya perguruan silatnya tapi semua perguruan silat di Indonesia.

PSHT memang perguruan terbesar di Indonesia, bahkan alumninya sdh kemana2. dari atlit, wasit hingga pengurus IPSI umumnya dari perguruan ini, walaupun pernyataan ini sempat dibantah oleh seorang pengurus IPSI, menurut Dia bahwa rata2 pengurus IPSI dari beragam perguruan. Okelah gw terima pendapat itu.

Tapi kata persaudaraan yang tercantum di logo mereka itu jauh dari apa yang bisa kita lihat, kita rasakan, dan kita nikmati. walaupun cuma oknum kita butuh penjelasan dari pengurus pusatnya PSHT.

Berikut Cuplikan dari Koran di sebuah website--->

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Hanya karena tak mengikuti latihan silat selama tiga hari, Isak Dapalawi (18) dihukum gurunya. Fatalnya, hukuman fisik berupa tendangan dan pukulan yang diterima Isak dari tiga gurunya itu mengakibatkan sang pendekar muda meregang nyawa.

Sebagai ganjaran atas hukuman fisik yang kebablasan itu, tiga guru Isak, yaitu Respati (20) warga Jl Gubeng Jaya 8/31; Rendra Jatmiko (24) warga Jl Gubeng Klingsingan 30; dan Harun Tri Yuanto (25) warga Jl Gubeng Jaya 2/8-3b, menjadi tersangka.

“Ketiga tersangka ini adalah guru silat korban sendiri,” kata Kapolsek Gubeng, Kompol I Gusti Agung DA, di kantornya, Rabu (6/4/2011).

Tragedi yang merampas harapan Isak menjadi pendekar itu berlangsung di Lapangan Hoki Jl Dharmawangsa, Selasa (5/4/2011) malam sekitar pukul 19.30 WIB. Di tempat itu, selama empat bulan terakhir, Isak bergabung dengan Perkumpulan Setia Hati Teratai.

Menurut informasi, malam itu Isak ikut latihan setelah tiga hari absen karena sakit. Namun, guru silatnya tidak mau menerima penjelasan siswa kelas 2 jurusan Teknik Listrik SMK Rajasa itu bahwa ia sakit.

Lalu oleh ketiga guru itu, Respati, Rendra, dan Harun, Isak disuruh keluar barisan dan berdiri di depan teman-temannya, untuk menerima hukuman.

Menurut Melkianus, malam itu, kepala hingga perut Isak diselubungi sarung merah, sehingga tidak melihat apa pun di sekelilingnya. Lalu murid-murid lainnya disuruh balik kanan,” ujar Melkianus berlinang air mata.

Setelah itu, kata Melkianus mengutip pengakuan rekan-rekan anaknya, secara bergantian ketiga pesilat senior itu menendang dan memukul kepala, kaki, dan perut Isak hingga akhirnya ia tewas.

Versi lain yang ditemui Surya saat di lokasi pada Rabu pagi, Isak juga diminta berguling-guling di lapangan tersebut. Ini terlihat dalam pemeriksaan di rumah sakit, punggung, dan celana Isak penuh dengan pasir.

Akibat hukuman itu Isak pingsan. Menurut informasi, Isak sempat dibiarkan pingsan dan latihan dilanjutkan. Namun, kelompok itu khawatir begitu melihat Isak tidak juga sadar dari pingsannya sampai pukul 22.00 WIB.

Latihan langsung dihentikan dan Isak dibopong ke IRD RSU Dr Soetomo, yang hanya terpisahkan oleh jalan raya.

Di tempat itu, PSH Teratai berlatih setiap hari, kecuali Sabtu antara pukul 19.00 hingga 01.00 WIB. Karena jadwal mereka yang rutin inilah warga sekitar tak curiga ada insiden maut itu. “Kalau lihat orang dibopong dan ribut-ribut di sekitar IRD kan biasa Mas,” ujarnya tenang.


Editor: Anwar Sadat Guna   |  Sumber: Surya
Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

1 komentar: